Akhir-akhir ini di Indonesia banyak sekali
diberitakan mengenai ISIS (Islamic State
in Iraq and Al-Sham) yang tidak sedikit warga Indonesia yang bergabung dengan
kelompok ini . Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menegaskan
bahwa Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS) merupakan
organisasi pergerakan yang berpaham radikal serta bertentangan dengan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia. Kata Lukman, umat Islam di Indonesia diminta tidak terpengaruh dan
turut bergabung dengan organisasi yang dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi
tersebut. "Ideologi ISIS
bertentangan dengan Pancasila. Mengatakan Pancasila sebagai thogut (berhala) yang harus
diperangi itu sudah amat kelewat batas," ujar Lukman Hakim dalam keterangan
pers yang diterima Liputan6.com
di Jakarta, Jumat (1/8/2014). Selain
mewaspadai gerakan yang sudah menyebar ke sejumlah negara ini, Lukman juga
meminta kepada kalangan ulama di Indonesia untuk turut membimbing umat agar
tidak terpengaruh oleh kelompok yang pernah menyatakan diri sebagai
satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah ini. Dengan demikian saya tertarik untuk mencari tau lebih
jelas tentang kelompok ini, saya mendapatkan beberapa informasi yang dapat
menjelaskan kelompok ISIS ini, berikut
penjelasan yang dapat saya share di blog saya kali ini.
ISIS adalah kelompok
ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan mematuhi
prinsip-prinsip jihad global. Seperti Al-Qaidah dan kelompok-kelompok jihad
modern lainnya, ISIS muncul dari ideologi Ikhwanul Muslimin, kelompok pertama
di dunia Islam di akhir tahun 1920-an di Mesir yang mengikuti interpretasi
anti-Barat yang ekstrim Islam, mempromosikan kekerasan sektarian dan menganggap
mereka yang tidak setuju dengan penafsiran sebagai kafir dan murtad. Atas
tindakannya yang merusak pusara-pusara suci dan pembongkaran kuburan para nabi
dan awliya yang shaleh di Irak, Mufti Pemerintah Mesir, Prof. Dr. Syauqi Allam
mengecam tindakan ISIS dan menganggapnya tidak sesuai dengan ajaran mazhab Islam
yang mana pun dan bertentangan dengan kewajaran manusia. Bahkan ISIS dianggap lebih berbahaya ketimbang Al-Qaidah karena
mempunyai ribuan personel pasukan perang, yang siap mendeklarasikan perang
terhadap mereka yang dianggap bertentangan atau menentang berdirinya negara
Islam. Mereka menjadi kekuatan politik baru yang siap melancarkan serangan yang
jauh lebih brutal daripada Al-Qaidah. Gerakan revolusi yang mulanya mempunyai
misi mulia untuk menggulingkan rezim otoriter ini berubah menjadi tragedi. ISIS
menjadi sebuah kekuatan baru yang siap melancarkan perlawanan sengit terhadap
rezim yang berkuasa yang dianggap tidak mampu mengemban misi terbentuknya
negara Islam. Ironisnya, mereka mengabsahkan kekerasan untuk menindas kaum
minoritas dan menyerang rezim yang tidak sejalan dengan paradigma negara Islam.
ISIS menjadi kekuatan politik riil dengan ideologi yang jelas dan wilayah yang
diduduki dengan cara-cara kekerasan.
Tujuan
Dari awal sampai pada pembentukan negara Islam murni telah menjadi salah satu tujuan utama dari ISIS. Menurut wartawan Sarah Birke, salah satu "perbedaan yang signifikan" antara Front Al-Nusra dan ISIS adalah bahwa ISIS "cenderung lebih fokus pada membangun pemerintahan sendiri di wilayah yang ditaklukkan". Sementara kedua kelompok berbagi ambisi untuk membangun sebuah negara Islam, ISIS dengan "jauh lebih kejam ... melakukan serangan sektarian dan memaksakan hukum syariah secara segera".[25] ISIS akhirnya mencapai tujuannya pada tanggal 29 Juni 2014, ketika itu dihapus "Irak dan Levant" dari namanya, dengan mulai menyebut dirinya sebagai Negara Islam, dan menyatakan wilayah okupasi di Irak dan Suriah sebagai kekhalifahan baru.[26]
Pada pertengahan 2014, kelompok ini merilis sebuah video berjudul "The End of Sykes-Picot" berbahasa Inggris kebangsaan Chili bernama Abu Safiya. Video ini mengumumkan niatan kelompok ini untuk menghilangkan semua perbatasan modern antara negara-negara Islam Timur Tengah, khususnya mengacu pada perbatasan yang ditetapkan oleh Perjanjian Sykes-Picot selama Perang Dunia.
Pusat Manajemen Pelayanan Publik
Negara Islam Irak dan Syam mendirikan satu lembaga pusat khusus yang membawahi berbagai aktivitas Negara terkait pelayanan publik. Departemen itu bernama “Al Idaaroh Al Islaamiyyah lil Khidmati al ‘Aammah” atau ↵yang berarti “Administrasi Islami Untuk Pelayanan Publik”, dengan dikepalai oleh seorang Direktur bernama Abu Jihad asy Syami. Kantor Al Idaaroh Al Islamiyyah menyediakan semua layanan kebutuhan dasar bagi warga dan kebutuhan umum lain seperti air, listrik , tepung (sembako), perawatan fasilitas umum, kebersihan lingkungan jalur komunikasi, sampai transportasi umum.Dalam penyediaan listrik dan saluran komunikasi, Al Idarooh Al Islamiyyah merilis daftar tarif ↵listrik hingga batas maksimal serta tarif internet dengan harga murah.Al Idarooh Al Islamiyyah sudah bekerja di hampir seluruh penjuru negeri, terutama Suriah Utara yang menjadi basis terkuat Negara Islam Irak dan Syam.
Wilayah yang diklaim
Pada tanggal 13 Oktober 2006, kelompok ini mengumumkan pembentukan Negara Islam Irak, yang mengklaim otoritas atas kegubernuran Irak di Baghdad, Anbar, Diyala, Kirkuk, Salah al-Din, Ninawa, dan bagian dari Babil. Setelah 2013 ekspansi kelompok ke Suriah dan pengumuman Negara Islam Irak dan Levant, jumlah wilâyah-provinsi-yang diakui meningkat menjadi 16. Selain tujuh wilâyah Irak, divisi Suriah, sebagian besar berbaring sepanjang batas provinsi yang ada, yaitu Al Barakah, Al Kheir, Al Raqqah, Al Badiya, Halab, Idlib, Hama, Damaskus dan Latakia. Di Suriah, kursi kekuasaan ISIS berada di Kegubernuran Ar-Raqqah. Pemimpin utama ISIS, termasuk Abu Bakr al-Baghdadi, diketahui telah mengunjungi ibukota provinsi tersebut, Raqqah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar